Jambipos, Jambi-Datang tampak muka, pergi tampak punggung. Ketika hadir di ketahui orang, ketika pergi pun diketahui pula. Pepatah orang Melayu tersebut benar-benar dilaksanakan Fachrori Umar menjelang berakhirnya masa jabatannya sebagai Gubernur Jambi, Februari 2021.
Sebelum menyerahkan tongkat kepimpinan kepada penerusnya, Gubernur Jambi periode 2021 – 2024 hasil pemilihan kepala daerah (Pilkada) Serentak 2020, Fachrori Umar pekan ini melakukan anjangsana ke beberapa kabupaten dan kota. Anjangsana tersebut dilakukan untuk pamitan kepada seluruh elemen masyarakat dan jajaran pemerintah yang telah mendukung program pembangunan Jambi selama ini.
“Sehubungan dengan akan berakhirnya masa jabatannya sebagai Gubernur Jambi 12 Februari 2021, saya mohon pamit kepada seluruh masyarakat Jambi. Saya mohon maaf jika dalam melaksanakan amanah jabatan sebagai Gubernur Jambi terdapat kekeliruan, kekurangan dan kesalahan. Saya berharap agar program pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini membawa manfaat bagi masyarakat Jambi,”kata Fachrori Umar pada kunjungan di Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi, Rabu (20/1/2020).
Fachrori Umar pada kesempatan tersebut memberikan bantuan pendidikan untuk beberapa pondok pesantren (ponpes) di Tebo. Bantuan tersebut berasal dari Badan Zakat Nasional (Baznas) dan bantuan sosial (Community Social Responsibility/CSR) Bank Jambi. Bantuan serupa juga diberikan ke beberapa pondok pesantren di Kota Sungaipenuh, Kerinci, Merangin dan Bungo.
“Saya memberikan bantuan kepada ponpes dalam kunjungan terakhir saya sebagai Gubernur Jambi ke setiap kabupaten karena selama ini saya melihat, peranan ponpes di Jambi cukup penting meningkatkan kemajuan pendidikan. Namun perhatian terhadap pembangunan ponpes di Jambi belum maksimal. Kondisi demikian tercermin dari masih banyaknya ponpes yang mengalami kesulitan meningkatkan pembangunan fasilitas sarana pendidikan berkualitas di ponpes, seperti minimnya saran teknologi infomasi dan komunikasi dan perpusatakaan,”katanya.
Fachrori Umar meminta Gubernur Jambi, para bupati/wali kota yang baru di Jambi beserta seluruh pemangku kepentingan pendidikan di daerah itu harus bersinergi meningkatkan kemajuan pendidikan di setiap kabupaten, termasuk pendidikan di ponpes.
Menurut Fachrori Umar, pembangunan di Jambi masih membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berkarakter tangguh. Untuk mewujudkan itu, pendidikan merupakan kunci utama. Karena itu bantuan dana pendidikan dan bantuan bagi ponpes di Jambi merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya manusia.
“Pendidikan harus kita lihat sebagai jangka panjang untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berdaya saing. Sumber daya berkualitas tersbeut nantinya akan menjadi modal yang sangat penting dan utama dalam pembangunan daerah dan nasional,”katanya.
Peduli Bencana
Menurut Fachrori Umar, hal lain yang penting dilakukan para kepala daerah yang baru di Jambi di masa mendatang, yakni kepedulian terhadap bencana alam yang sering melanda seluruh daerah di Jambi. Bencana yang sudah menjadi langganan masyarakat Jambi setiap tahun, yakni bencana kebakaran hutan dan lahan setiap musim kemarau dan bencana banjir dan longsor setiap musim hujan.

“Selama saya menjadi Wakil Gubrnur Jambi, 2010 – 2015 dan 2016 – 2018 serta menjadi Gubernur Jambi, 2019 – 2020, persoalan menonjol yang saya lihat sering mendera masyakat Jambi, yaitu bencana kebakaran hutan dan lahan serta banjir dan longsor. Frekuensi bencana alam di Jambi juga terus meningkat seiring dengan meningkatnya kerusakan lingkungan dan hutan di Jambi,”katanya.
Dijelaskan, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Jambi tahun 2019 masih cukup luas, yakni mencapai 11.736 hektare (ha). Namun berkat penanganan yang serius, karhutla di Jambi dapat diturunkan secara drastis tahun 2020 menjadi 1.132 ha.
Menurunnya luas karhutla tersebut membuat Jambi bisa terbebas dari bencana asap tahun lalu. Biasanya, setiap musim kemarau, Provinsi Jambi selalu dilanda bencana asap yang berasal dari karhutla sepertitahun 2015 – 2019.
“Jambi mampu menekan kasus karhutla tersebut berkat kerja sama seluruh pemangku kepentingan. Kerma sama seperti inilah yang perlu ditingkatkan di masa mendatang untuk mencegah dan menanggulangi karhutla, sehingga tidak terjadi lagi bencana asap di Jambi,”katanya.
Menyinggung masalah banjir dan longsor, Fachrori Umar mengatakan, Provinsi Jambi memiliki kerawanan banjir dan longsor yang semakin tinggi. Meningkatnya frekuensi banjir dan longsor dan meluasnya wilayah yang dilanda banjir di Jambi beberapa tahun terakhir disebabkan kerusakan lingkungan, khususnya kerusakan hutan, pendangkalan sungai, kerusakan draiase dan pembangunan permukiman yang mengurangi daeah resapan air.
“Semua penyebab banjir tersebut harus bisa ditangani di masa mendatang untuk mengurangi bencana banjir dan longsor di Jambi. Ini menjadi tugas bersama para pemangku kepentingan untuk menyelamatkan masyarakat Jambi dari bencana alam,”katanya.
Banjir Parah
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi Jambi, Rudy Syah di Jambi, Rabu (20/1) mengatakan, selama tahun 2020, kondisi bencana banjir dan longsor di Provinsi Jambi cukup parah. Banjir yang melanda dua kota dan sembilan kabupaten di Provinsi Jambi tahun lalu terjadi tiga kali, yakni Januari – Februari, April – Mei dan November – Desember.
Dikatakan, dampak banjir di Jambi tahun lalu juga cukup parah. Banjir yang melanda Jambi tahun lalu menyebabkan 11.144 unit rumah warga terendam banjir. Rumah warga yang terendam banjir di Kabupaten Batanghari sekitar 8.238 unit, Merangin (1.000 unit), Bungo (730 unit) dan Sarolangun (685 unit. Kemudian rumahyang terendam banjir di Kerinci tahun lalu sebanyak 312 unit, Kota Jambi (100 unit) dan Muarojambi (76 unit.
“Kondisi banjir di Kota Jambi hingga tahun ini juga semakin memprihatinkan. Banjir yang melanda Kota Jambi, Kamis (31/12/2020) menyebabkan sekitar 3.058 unit rumah di 22 kelurahan terendam. Beberapa daerah permukiman warga yang selama ini tidak pernah terkena banjir dikotaitu, kini terendam banjir,”katanya.
Menurut Rudy Syaf, banjir di Kota Jambi semakin parah akibat sungai dan drainase yang rusak dan kurang berfungsi. Dari 13 sungai kecil dan tiga danau di Kota Jambi, kondisinya saat ini memprihatinkan.
“Saat ini tidak bisa lagi dibedakan mana sungai mana got atau draniase karena semua sudah tertutup sampah,”katanya.
Rudy Syaf mengatakan, kondisi kerusakan hutan di Jambi saat ini juga sangat memprihatinkan. Luas hutan di Provinsi Jambi saat ini hanya tersisa 882.272 hektare (ha). Luas hutan tersebut berkurang 18.441 ha (dua persen) dibanding luas hutan di Jambi tahun 2019 sekitar 900.713 ha.
“Bila luas hutan di Jambi saat ini sekitar 882.272 ha dibandingkan dengan luas hutan di Jambi tahun 2000 sekitar 1,95 juta ha, maka hutan yang rusak di Jambi selama 20 tahun terakhir mencapai 1,1 juta ha. Kerusakan hutan yang cukup luas inilah yang berpotensi memicu bencana banjir dan longsor di Jami belakangan ini,”katanya.(JP-SP)